Sarasehan Damai Tokoh Pariwisata Bali
Sebanyak 350 tokoh pariwisata di Bali mengikuti sarasehan bertepatan dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Taman Gong Perdamaian, Desa Budaya Kertalangu, Denpasar, Minggu (1/10).
Sarasehan ini merupakan rangkaian ‘Gema Perdamaian’ XV yang puncaknya digelar Sabtu (7/10) mendatang. Dalam sarasehan yang mengusung tema ‘Melalui Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Kita Perkuat Toleransi Dalam Keberagaman Demi Perdamaian Untuk Mencapai Pariwisata Yang Berkualitas dan Berkelanjutan’ tampil sebagai narasumber Ketua Asosiasi FKUB Indonesia Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet, Ketua Steering Comittee Gema Perdamaian Ida Rsi Wisesanatha, Ketua PHRI Bali Tjokorda Artha Ardana Sukawati (Cok Ace), serta Ketua DPD Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali I Nyoman Astama, dan dipandu oleh Jro Mangku Suteja dan Jero Jemiwi.
Sebelum pelaksanaan sarasehan dimulai, para undangan diajak mengunjungi Taman Garuda Pancasila, sekaligus memperingatai Hari Kesaktian Pancasila yang diisi dengan orasi tentang ‘Pancasila dalam Dinamika Kepariwisataan’ yang disampaikan oleh K Swabawa (Wakil Ketua DPD IHGMA Bali). Kemudian dilanjutkan dengan lantunan puisi damai oleh Jero Jemiwi. Diakhir acara sarasehan diadakan pemutaran film pendek tantang perdamaian karya peserta lomba dari Stikom Bali.
Ketua Panitia Pelaksana Sarasehan, I Made Ramia Adnyana, mengatakan ada empat modal utama pariwisata Bali yang tidak ditemukan di tempat lain, yaitu Habitat, Heritage, History, dan Handycraft. Oleh karena itu, para generasi muda yang bergerak dibidang kepariwisataan berharap dari para tokoh dan pangelingsir kepariwisataan dapat berbagi pengalaman, pandangan, wejangan dan motivasi, sehingga tujuan dari upaya bersama untuk mencapai pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan dapat terwujud secara bertahap dan terukur. “Kita jangan hanya menjadi penikmat kejayaan pariwisata saja, namun juga harus berperan aktif menjaganya,” ujar Ramia.
Melalui sarasehan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran industri pariwisata sebagai leading sector atau lokomotif pembangunan di Bali agar benar-benar mampu menciptakan suasana kondusif dan harmonis di tengah-tengah dimensi multi kultur, sosial, persaingan bisnis, tantangan berusaha, serta dalam kehidupan dan aktifitas sehari-hari.
Menurut Ketua Panitia Gema Perdamaian XV 2017, I Wayan Muliana Guntur, orang Bali hendaknya jangan terlena dengan keunggulan Bali. “Jika orang Bali terus terlena dengan kondisi sekarang ini dan tidak berusaha menjaga dengan baik pulau ini, maka lama kelamaan bukan tak mungkin Bali akan ditinggalkan oleh pariwisata,”kata Guntur.
Sementara itu, menurut Ida Wisesanatha, sarasehan dalam rangkaian dari kegiatan Gema Perdamaian yang telah dimulai 1 Agustus 2017 ini membicarakan penuh kedamaian untuk membuat ikrar yang akan dijabarkan pelaksanaannya di lapangan. Sehingga, semua secara sosial bisa mengontrol ucapan yang mengarah ke kondisi damai, yang dimulai dari sesama para pelaku kepariwisataan dan pengusaha, kemudian disebarluaskan ke seluruh elemen masyarakat Bali, Indonesia dan dunia.
Sedangkan Ketua PHRI Bali Tjokorda Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) mengatakan, dengan adanya acara Gema Perdamaian ini bukan mengenang tragedi bom Bali namun saat ini sangat relevan terutama dengan adanya situasi Gunung Agung yang tentunya dapat mengganggu pariwisata di wilayah timur Bali ini. Maka dari itu menurut Cok Ace, hal tersebut membuat masyarakat tersadar dengan adanya kejadian ini bukan hanya kedamaian bagi manusia dengan manusia saja namun juga perlu adanya kedamaian dengan alam sehingga kehidupan ini bisa harmonis.
“Di sini bukan saja untuk mengenang tragedi Bom Bali melainkan memberikan dan menumbuhkan rasa damai terhadap manusia, alam dan Tuhan. Jika kita lihat sekarang saudara kita yang sedang panik dengan bencana saat ini membuat dunia pariwisata bagian timur sedikit terhambat, belajar dari itu dengan adanya perdamaian ini sangat penting bagi kita semua untuk berdamai dengan alam bukan saja dengan sesama manusia dan perdamaian ini juga merupakan tuntutan keharusan bagi pariwisa untuk menjalankan roda kehidupan yang harmonis,” jelasnya.