Jumlah sampah non-organik di Bali dari tahun ketahun semakin banyak, namun tidak sepadan dengan pengolahan yang memadai. Belum tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk mengolah sampah turut memperburuk keadaan Bali saat ini yang dihiasi pemandangan tak sedap dengan sampah-sampah non-organik berserakan di lingkungan sekitar kita. Indonesia saat ini sudah di nobatkan sebagai penyumbang sampah terbesar ke laut, nomer dua setelah china, dan 80% sampah di laut datangnya dari daratan. Penelitian lain oleh Conservancy tentang pasar ikan menyebutan dari data di seluruh dunia, 28% ikan Indonesia mengandung plastik. Atas dasar tersebut kita harus sepakat dan komit dalam “mengelola sampah lebih baik dan konsisten dan mengurangi penggunaan plastic to the zero level”, ungkap Ketua Panitia Suksma Bali, Yoga Iswara, BBA., BBM., MM., CHA. Acara ini adalah wujud “Suksma Bali” yaitu sebuah refleksi kejiwaan dan ungkapan terima kasih dan penghargaan kita terhadap Ibu Pertiwi Bali, tempat bersama dianugerahkan kehidupan. Berterima kasih berarti kita menyadari segala hal yang dimiliki sehingga kita selalu akan menghargai dan menjaganya.
Gubernur Bali dalam sambutannya menegaskan bahwa dalam waktu dekat akan mengeluarkan kebijakan strategis dengan melakukan pelarangan terhadap penggunaan bahan plastik sekali pakai. Ia mengakui kebijakan ini akan dituangkan dalam bentuk Peraturan Gubernur (Pergub) sebagai salah satu bentuk program 100 hari. Beliau sangat mengapresiasi kegiatan World Clean Up Day yang dilakukan serentak di seluruh Bali dan berharap masyarakat ikut serta mendukung program ini, karena masalah sampah adalah masalah kita semua. Ini sudah sangat berbahaya dan mengancam kebudayaan dan pariwisata kita di Bali, tegas Koster.
Wakapolda Bali, Brigjen Pol I Wayan Sunarta juga mengapresiasi kegiatan WCUD for Suksma Bali. Dan mengajak seluruh lapisan masyarakat turut menjaga keamanan dan ketertiban di Bali, apalagi menjelang event terbesar di Bali yang pernah ada, yakni pertemuan IMF – World Bank pada tanggal 8 sampai 14 Oktober 2018. Dimana pesertanya sebagian besar merupakan tamu VIP dari 189 negara sekitar 18.000 orang lebih.
Dewasa ini wisatawan mengharapkan dapat menikmati lingkungan hidup yang baik dan sehat di tempat mereka berkunjung. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Bapak Ir. I Made Badra, MM mendukung penuh gerakan bersama untuk Suksma Bali, dan apabila tempat obyek wisata tersebut tercemar oleh sampah, maka wisatawan akan merasa tidak nyaman dan enggan untuk berkunjung lagi. Hal inilah yang harus dijaga oleh masyarakat Bali termasuk pemerintah karena kenyamanan dan kepercayaan dari wisatawan terhadap obyek wisata adalah pondasi kuat dalam membangun pariwisata yang baik.
Agung Darma Suyasa, CHA selaku Koordinator Acara mengungkapkan bahwa “World Clean Up Day” for “Suksma Bali” diinisiasi oleh Paiketan Krama Bali, yang diketuai oleh Ir. Anak Agung Suryawan Wiranatha, M.Sc., Ph.d, bersama-sama dengan stakeholder pariwisata Bali, GIPI, IHGMA, PHRI, BHA, BVA, UHA, UHSA, AMPB, FSP PAR – SPSI serta Instansi Pendidikan, Trash Hero Indonesia dan Penggiat Relawan Lingkungan lainnya, serta didukung oleh Pemerintahan Provinsi berikut dengan Pemerintahan di 8 Kabupaten dan 1 Kotamadya di Bali. Acara ini merupakan gerakan bersama dan sekaligus langkah awal dalam mensosialisasikan kembali bahaya sampah plastik. Jumlah peserta yang berpartisipasi 27.699 pax di seluruh Bali dari target awal adalah 10.000 pax, dan lokasi acara terbagi menjadi 29 titik lokasi di seluruh Bali. Perwakilan Trash Hero Indonesia, Wayan Aksara menyampaikan bahwa Indonesia untuk pertama kali di tahun 2018 menjadi bagian dari gerakan dunia yang melibatkan 150 negara, dan mengharapkan agar acara ini akan menjadi momentum yang positif dan berkelanjutan. Hasil sampah yang dikumpulkan pagi ini dari kegiatan World Clean Up Day adalah 13.914 kg Sampah Organik dan 8.276 Kg Sampah Non-Organik di seluruh Bali. Mari selamatkan Bali dari sampah plastik, mulai dari langkah yang kecil, dari diri sendiri dan mulai sekarang.