Indonesia sebagai Negara multikultural terus menerus mengupayakan perdamain untuk menjaga persatuan dan kesatuan yang kuat. Latar belakang berbagai macam Suku, Budaya, bahkan keyakinan yang berbeda-beda menimbulkan potensi konflik yang cukup besar. Pancasila sebagai lambang persatuan diantara berbagai perbedaan harus selalu dijunjung tinggi sebagai dasar Negara untuk mewujudkan perdamaian.
Pulau Bali adalah sebuah contoh kecil yang menunjukan keragaman yang rukun dan damai. Meskipun terdiri dari berbagai Suku, Ras, Agama dari seluruh Indonesia, bahkan dari berbagai belahan dunia bersatu disini dengan damai. Atas hal tersebut pulau Bali dijuluki “The Island of Peace” sampai saat ini. Meskipun sejarah mencatat terjadinya peristiwa Bom Bali I sempat menimbulkan hentakan yang dalam pada masyarakat Bali. Tidak pernah disangka Pulau yang terkenal dengan keamanan dan kenyamanannya menjadi target balas dendam oknum anak Bangsa yang keliru menjalankan ajaran Agama.
Peristiwa Bom Bali telah mengejutkan masyarakat Bali dan masyarakat Dunia. Semua orang terlena karena sudah terkenal aman dan damai tak ada kecurigaan saat itu terhadap ancaman terorisme. Menyadari pentingnya menjaga keamanan dan kenyamanan tak cukup dalam waktu yang singkat beberapa inisiator bergerak untuk melakukan upaya preventif memelihara dan menciptakan perdamaian. Diperlukan edukasi yang mendalam agar anak bangsa yang keliru menjalankan ajaran agama dapat dicegah sebelum menimbulkan bencana kemanusiaan yang lebih besar. Atas dasar tersebut akhirnya sebuah Gerakan yang disebut sebagai Gema Perdamaian terlahir pada bulan Oktober 2003 untuk mewujudkan kembali perdamaian dari Bali untuk Indonesia dan untuk Dunia.
Gema Perdamaian adalah bentuk sikap “Eling” (waspada) yang perlu dikuatkan dalam masyarakat. Dalam mewujudkan Eling tersebut diperlukan peran serta masyarakat dari semua lapisan. Damai diupayakan mulai dari diri sendiri, keluarga, instansi pemerintah, pengusaha, masyarakat umum bahkan antar negara-negara di dunia. Untuk itu puncak penyelenggaraan Gema Perdamaian setiap tahun diadakan setiap hari Sabtu terdekat dengan 12 Oktober untuk meberikan kesempatan kepada masyarakat untuk hadir bersama anggota keluarga melihat keragaman suku, ras, agama yang ada di berbagai belahan dunia. Diharapkan mereka mendapatkan edukasi betapa indahnya perbedaan itu apabila bisa dijaga dengan perdamaian.
Disamping pertunjukan seni, budaya dan keragaman dari berbagai ras dan suku yang ada di dunia, gerakan Gema Perdamaian menyelenggarakan Doa bersama lintas agama dan aliran kepercayaan. Lantunan doa bersama tersebut menunjukan pemujaan kebesaran Tuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara yang tujuan akirnya adalah damai. Kekuatan doa tersebut diharapkan dapat mengubah bulir-bulir energi negatif pada cosmic menjadi bulir-bulir energy positif untuk mempengaruhi rasa dan pikiran manusia semakin tercerahkan menuju damai yang sejati.
Warna-warni keindahan setiap tahun yang dilaksanakan oleh Komunitas Gema Perdamaian melibatkan ribuan komponen masyarakat dari berbagai adat, suku dan agama sebagai bentuk cinta tanah air. Seperti kata Bung Karno yang pernah memimpin dan memperjuangkan bangsa ini “Bangunlah suatu dunia dimana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan”. Oleh sebab itu, kita mengetahui damai sebagai suatu hal yang indah. Merdeka!!