“Damai itu upaya, damai itu indah.” Damai bukanlah monopoli keinginan individu atau kelompok saja. Kedamaian adalah keinginan mendasar dan paling hakiki semua insan tetapi saat ini damai mulai menjadi barang langka dan sulit dicari. Parahnya lagi, kehidupan sosial justru lebih sering diwarnai pertentangan dan konflik sesama umat manusia dengan berbagai dalih pembenaran. Berbagai peristiwa besar yang melukai kedamaian terjadi silih berganti, mulai dari serangan Gedung World Trade Center di Amerika Serikat, Bom Bali I dan II, konflik berkepanjangan di beberapa Negara Timur-Tengah dan merebaknya primordial suku, agama, ras, dan antar golongan (Sara) semakin menambah daftar kelam kekisruhan. Aksi demonstrasi atas nama demokrasi pun jauh melenceng dari tujuan awal bahkan memperparah situasi. Beranjak dari kondisi tersebut, sejumlah komponen anak bangsa yang terpanggil hatinya menggelar ritual tahunan yang dikenal ‘Gema Perdamaian’ (GP). Ide ini muncul dari diskusi sebagai upaya menyadarkan masyarakat untuk lebih mengedepankan rasionalitas dan menghargai perbedaan. Dalam rangkaian persiapan acara tersebut diadakan Sarasehan Internal Gema Perdamaian 10 September 2016 di Taman Gong Perdamaian Kertalangu Denpasar. “Tujuan Kegiatan Sarasehan Damai Internal ini adalah menyegarkan kembali panitia tentang makna damai, karena damai diperlukan oleh setiap orang. Karena damai tidak menghasilkan uang secara langsung, ternyata banyak orang melupakan tujuan damai. Sehingga kegiatan Gema Perdamaian sangat penting dilakukan sebagai rekayasa sosial yg harus diupayakan sedemikian rupa dan seharusnya ada seni yg bisa dikelola untuk menyikapi perbedaan yg ada di dalam masyarakat agar menciptakan keindahan dalam perdamaian. Rangkaian acara Pembukaan Gema Perdamaian akan dilakukan pada tanggal 21 September 2016 dan akan mengundang 300 tokoh dari berbagai agama, etnis, dan kelompok masyarakat untuk meberikan quote tentang damai dan bagiamana mengimplementasikannya dalam keseharian kita. Sementara kegiatan puncak Gema Perdamaian pada tanggal 8 Oktober tahun ini akan dihadiri oleh ribuan peserta dari berbagai unsur lintas agama, kepercayaan, adat dan budaya. Para tokoh lintas agama, suku, etnis, dan masyarakat umum akan menggaungkan doa bersama-sama agar bisa mengisi kosmic sehingga menyebar ke seluruh Bali, Indonesia serta ke seluruh penjuru Dunia. Disamping itu masyarakat berkumpul bersama untuk saling memahami keberagaman yang seharusnya melahirkan keindahan bukan untuk dipertentangkan. By Kadek Adnyana 10/09/2016
Categories: Kegiatan, Pendidikan