Sebagai pulau yang sering dikunjungi wisatawan mancanegara dan nusantara permasalahan sampah di Bali menjadi sangat penting dan mendesak untuk ditindak lanjuti penanganannya. Indonesia sendiri merupakan negara terbesar kedua setelah China yang menjadi penyumbang sampah di laut dengan perkiraan 1.29 juta metrik ton sampah dihasilkan tiap tahunnya. Sampah plastik yang memenuhi sungai dan lautan telah menyebabkan masalah selama bertahun-tahun seperti menyumbat saluran air di kota-kota, meningkatkan resiko banjir, dan melukai atau membunuh hewan laut yang menelan atau terjebak oleh sampah plastik.
Yoga Iswara, BBA., BBM., MM., CHA, selaku Ketua Panitia Suksma Bali menyatakan bahwa lingkungan atau kondisi fisik merupakan salah satu faktor penting dalam pariwisata, hal ini mulai disadari pada satu dekade terakhir, dimana pariwisata sangat bergantung pada kondisi fisik dan lingkungan, baik sebagai atraksi utama pariwisata itu sendiri maupun sebagai tempat dimana aktivitas pariwisata itu terjadi. Hubungan antara lingkungan dan pariwisata merupakan hubungan yang kompleks, karena keduanya saling bergantung dan bersimbiosis. Pembangunan pariwisata seharusnya lebih memahami dan mengurangi dampak negatif dan didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pengembangan pariwisata dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat dengan tidak mengabaikan kebutuhan generasi yang akan datang.
Para stakeholders pariwisata Bali menginisiasi untuk menjadi bagian dari gerakan dunia dalam acara*World Clean Up Day* bekerjasama dengan para relawan sampah dan LSM di Bali. Menurut Ketua IHGMA DPD Bali, Nyoman Astama, SE., CHA pertemuan yang diadakan di Hotel Adhi Jaya Rabu 22 Agustus 2018 kemarin membahas strategi World Clean Up Day yg akan melibatkan seluruh komponen masyarakat Bali dari pelosok pedesaan maupun di perkotaan. Hal tersebut akan didahului dengan pendekatan struktural dengan pemerintah dan non struktural dengan pemerhati lingkungan sebagai katalisator gerakan ini agar mau diikuti oleh seluruh masyarakat. Diharapkan agar LSM ataupun relawan yang memiliki waktu dan merasa terpanggil untuk ikut serta dalam kegiatan ini dapat menyumbangkan ide dan saran sehingga gerakan ini semakin efektif. IHGMA bersama stakeholder pariwisata lainnya seperti PHRI, BHA, UHA, dan BVA akan mendukung dan mengsukseskan melalui jaringan DPC nya dimasing-masing Kabupaten dan Kota Madya.
Acara World Clean Up Day merupakan salah satu rangkaian acara Suksma Bali untuk merefleksikan terima kasih dan penghargaan kita terhadap Bali tercinta tempat kita bersama dianugerahkan kehidupan. Koordinator acara I Gusti Agung Ngurah Darma Suyasa, CHA menyampaikan paparan tentang kegiatan World Clean Up Day diselenggarakan serentak di seluruh kota di Bali. Sedangkan khusus titik poin yang di Seminyak akan disinergikan dengan acara Petitenget Festival yang juga sudah membuat gerakan sadar sampah plastic (own waste management), mengelola sampah sampah secara mandiri yang akan melibatkan Sekaa Teruna yang berada diwilayah Desa Adat Kerobokan. Pada kegiatan tanggal 15 Septemeber 2018 peserta yang hadir diharapkan membawa alat kerja seperti: karung, penjepit, selop tangan (hand gloves) dibawa secara mandiri (swadaya).
Tampak hadir dalam rapat koordinasi ini dari beberapa LSM dan relawan lingkungan diantaranya:
*4Ocean yang diwakili oleh Bapak Ahmad, Bapak Wayab Aksara dari Trash Hero, GUS Bali diwakili oleh Ani Yulinda, Karidewi dari WWF Bali, Venna Agniasari dari Yayasan Bambu Lestari, serta dari Gema Perdamaian di wakili oleh Bapak Wayan Gunayasa, Bapak Drh. I Made Iwan Dewanta, MM dan Ir. I Gusti Ketut Sujana, MBA dari Paiketan Krama Bali, HIPMI Badung diwakili oleh A.A Bayu Joni Saputra SE, MM sekaligus sebagai ketua panitia Petitenget Festival, dihadiri juga oleh I Nyoman Astama, SE, CHA dari IHGMA DPD Bali.
Selanjutnya Suksma Bali akan menjadikan acara World Clean Up Day ini sebagai acara tahunan dan berkesinambungan sehingga tercipta destinasi Bali yang semakin berkualitas ke depan nya. (adnyana & team)